🌬Di Hari Berangin🌬


[Daegu, Korea Selatan]

[15.00]


       Cuaca di Daegu hari ini berangin sekali. Ah, iya. Aku sedang pulang kampung bersama Rae ke Daegu. Lebih tepatnya liburan. Rae penat dengan semua urusan pekerjaan di Seoul. Akupun, dan kebetulan kampung halaman kami sama, kami putuskan untuk berlibur bersama. Rae sedang kerumah ibunya. Sedangkan aku sudah sedari tadi pberkunjung ke rumah ibuku. Sekarang aku sedang mencari angin sekaligus inspirasi di kota kelahiranku ini.

       Aku berjalan sambil mendengarkan lagu Times and Fallen Leaves milik AKMU. Banyak daun-daun berjatuhan karena angin yang cukup kencang, pas sekali dengan judul lagunya. Aku terus berjalan sampai aku berhenti di suatu bukit pemakaman yang luas. Cerah sekali disitu. Seakan bukit itu adalah tumpukan berlian emerald hijau.

       Aku menaiki bukit itu. Saat hampir sampai di puncak, aku melihat ada seorang anak gadis duduk didepan sebuah kuburan. Membawa kue dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun, lalu meniup lilin kue tersebut. Sesaat kemudian ia menangis. Akupun menghampirinya.

       "Sahabatmu?" kataku. Ia kaget sebentar. Lalu menunduk dan mengangguk, "ya, dia ulang tahun hari ini," dia tersenyum, sesaat kemudian menahan air matanya, "dan juga hari peringatan kematiannya setahun lalu." Ia menangis sambil tersenyum. Aku mengangguk paham. Kulihat kearah nisan, lalu aku melihat keatas dan tersenyum. Setelah itu aku duduk disebelah batu nisan itu seraya mengusap kepala nisannya, "sahabatmu pasti senang sekali dapat hadiah kejutan seperti ini darimu. Bunga yang kau bawa untuknya cantik. Dan kuenya terlihat enak." Ia ikut duduk disebelah nisan.

       "Ya, aku membuatnya sendiri. Khusus untuk sahabatku. Setiap tahun aku pasti melakukannya, bersama.. Sahabatku.." ia masih tersenyum. Air matanya menggenang, "kenangan indah kami saat membuat kue ulangtahun, jalan-jalan ke pantai, membeli banyak makanan.. Hanya tinggal kenangan... Terkubur disini..." Ia menitikkan airmatanya seraya mengusap kuburan sahabatnya itu, "kau kesepian sekarang?" ia mengangguk, "ya.. Sangat."

       Kutepuk bahunya. Dan dia menoleh kearahku. Akupun tersenyum kecil, "kau tidak sepenuhnya sendirian. Jangan merasa sedih. Sahabatmu ada disini, disampingmu. Semua kenangan itu bukan terkubur disini. Tapi di hatimu," ia tersenyum tipis. Aku melepas tanganku dari bahunya. "Berdoalah. Dia sedang menunggu mu untuk memberikannya hadiah itu, doa tulus darimu untuknya." Ia mengangguk. Lalu duduk didepan nisan seraya menyatukan kedua tangannya untuk berdoa. Aku masih tersenyum kecil. Dan beranjak dari tempat itu. Lalu aku berhenti sejenak setelah agak jauh dari sana.

       Disana, bayangan sahabatnya, sedang memeluk anak perempuan itu dari belakang dengan erat. Sambil tersenyum dalam kedamaian.

Komentar