Mental Breakdown, serius kah?

Foto: Pinterest

     Semua orang dituntut untuk bisa jadi yang terbaik dari yang sudah baik, atau bahkan jadi satu-satunya yang terbaik. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, tingkat tekanan dalam hidup seseorang akan bertambah sedikit demi sedikit. Tak harus sedikit, bahkan ada orang yang mendapatkan cobaan/tantangan dalam hidupnya dalam skala besar atau bahkan bertubi-tubi.

    Tantangan ini biasanya paling terasa oleh para siswa atau mahasiswa. Tuntutan tugas, kewajiban di rumah, belum lagi jika ia mengikuti organisasi dan memegang jabatan disitu. Mungkin semua tantangan dan beban tugas yang banyak ini akan terasa menyenangkan jika ada dukungan dari rumah dan teman-teman baik di dalam maupun diluar sekolah/kampus.

    Dibalik itu semua, kenyataannya di lingkungan sekolah saat ini masih marak kasus bullying, baik secara verbal maupun fisik. Dan satu-satunya tempat anak-anak berkeluh kesah dan berlindung dari hal tersebut adalah rumah. Tapi apa jadinya, jika rumah yang seharusnya jadi tempat berlindung dan tempat melepas penat dengan bincang hangat keluarga menjadi sebuah "penjara" disiplin? Mungkin bagi sebagian orang ini bukan masalah besar dengan mencoba berpikir positif.

    Tapi pernahkah terpikir kalau kekuatan mental berbeda setiap orangnya? Bagaimana jika seseorang yang kita lihat baik-baik saja setiap harinya ternyata mengalami mental breakdown?

    Apa itu mental brekdown? Dikutip dari blog SehatQ, mental breakdown atau yang sering disebut juga sebagai nervous breakdown adalah kondisi stres berat yang menimpa seseorang hingga ia tidak bisa menjalankan fungsi normalnya sebagai manusia. Istilah ini sendiri sebenarnya sudah tidak lagi digunakan di dunia medis, karena dirasa kurang spesifik. Dulu, istilah mental breakdown memang digunakan untuk menggambarkan serangakaian penyakit mental seperti depresi, gangguan kecemasan, atau stres akut. Namun sekarang, istilah ini lebih sering digunakan secara awam untuk menggambarkan kondisi seseorang yang sedang merasakan gejala stres secara intens hingga tidak bisa berfungsi dengan baik.

Foto: Mental Health Match

    Apa saja ciri-cirinya? Kita ambil ciri-ciri yang mungkin bisa diamati, yaitu mengalami gangguan kecemasan, selalu merasa lelah walaupun sudah banyak beristirahat, nafsu makan berubah secara drastis (menurun/meningkat), dan sulit fokus. Orang yang mengalami hal ini tidak selalu kelihatan murung diluar, bisa jadi ia sedang menyembunyikan keluhannya ini di depan orang-orang.

    Kok bisa ada yang kena? Karena stres adalah pemicu utamanya. Bisa jadi ia mengalami tekanan di lingkungan sekitar, atau bahkan keluarganya. Siapa yang paling bertanggung jawab jika seseorang terkena mental breakdown? Yang pasti, keluarganya. Karena keluarga adalah organisasi pertama yang paling dekat dengan kita. Bagaimana jika keluarga pun tidak bisa mengatasinya atau bahkan menjadi slah satu penyebab orang tersebut terkena penyakit mental ini? Jika kita bertemu dengan orang ini, kita harus mendengarkannya dengan baik, bukan "adu nasib" atau bahkan menjauh, karena sejatinya orang ini hanya butuh didengarkan dan kalau bisa diberi solusi terbaik yang tidak merugikan.

    Tapi, jika sudah merasa parah, lebih baik kita pergi ke psikiater atau dokter yang ahli dalam masalah kejiwaan. Kita akan diberikan solusi, bahkan ada yang sekaligus memberi obat agar penyakit yang kita alami tidak semakin parah. Jika belum terlalu berat, coba meditasi.

Dan yang paling penting, tanamkan pada diri kita kalau kita mencintai diri sendiri.

Komentar

Posting Komentar